Salam sejahtera bagi semua Infi Friend yang membaca tulisan receh saya hari ini. Semoga sehat selalu, yaa.
Infi Friend, Saya mengenal tekhnologi bagi disabilitas netra sejak 2009 dengan Poncell nokia 3230 simbian S60 V2. Saat itu saya tidak menyangka bahwa poncel dapat digunakan oleh disabilitas netra tanpa bantuan. Sebelumnya saya dan banyak orang pasti mengalami berkirim pesan dengan sistem dibacakan oleh orang lain. Saat itu saya belum mengerti tentang prifasi, atau pun hal-hal rahasia yang seharusnya tidak menjadi konsumsi publik. Yang penting saya dapat berkirim pesan dengan lazim seperti orang kebanyakan. Anyway, saat itu paket sms sangat banyak dan murah, ya, hanya dengan RP5000.00 kita bisa berkirim pesan sebanyak hampir 1000 pesan. Telfon relatif lebih mahal saat itu, jadilah berkirim pesan menjadi alternatif yang luar biasa.
Guru saya saat sekolah dasar yang memberikan saya kesempatan pertama kali untuk memakai poncell dengan ScreenReader meski pun masih sangat terbatas. Hanya mampu mengakses beberapa fitur pada poncell, berkirim pesan, membaca kontak dan memutar musik. Namun, akses internet saat itu masih sangat mahal dan sulit diakses menggunakan poncell. Karena tampilan website juga belum banyak yang di-design untuk keperluan poncell.
Tidak seperti saat ini, di mana semua disabilitas menggunakan poncell dengan Screenreader sejak dari awal, kami generasi lama mengalami menghafal nomor poncell dengan begitu presisi dan banyak. Sering kali kami hanya perlu mendengar satu kali untuk bisa menghafal nomor poncell orang lain. Karena begitu seringnya kami berlatih untuk menghafal nomor-nomor tersebut. Generasi sekarang dengan segala kemajuan yang begitu cepat, cukup memasukan nomor tersebut ke dalam kontak dan … Bum, sudah tidak perlu lagi dihafal dalam kepala.
Selain itu, kami juga menghafal menu-menu dalam poncell, untuk mengases pengaturan suara, karena itu yang menarik bagi kami, pengaturan profile poncell, untuk mengatur jika kami ingin mengubah mode pada poncell seperti mode diam, mode bergetar atau mode normal.
Metode yang kami gunakan untuk mengakses hal-hal tersebut adalah dengan membacakan pada orang lain dan dihafalkan tombol-tombol yang harus ditekan. Seperti berapa kali menekan tombol menu pada kiri atas, berapa kali panah bawah, berapa kali lagi tombol kiri atas hingga mencapai pengaturan yang ingin diakses. Termasuk mengakses perekaman audio, pemutar musik dan menu-menu lain lagi.
Infi Friend, untuk segala kemajuan tekhnologi yang terjadi saat ini, marilah kita bersyukur. Karena tanpa tekhnologi mungkin kita masih terjebak dalam bantuan orang lain untuk semua hal termasuk prifasi. Kita mungkin saja tidak bisa memesan ojek online, chating menggunakan sosial media, menggunakan komputer untuk banyak keperluan dan seterusnya.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk bersyukur adalah, dengan kita belajar lebih banyak, ngulik tentang tekhnologi itu dan jangan lupa untuk terus berbagi terhadap teman-teman yang lain. Agar tekhnologi ini terus berkembang dan menjadi keuntungan untuk diri sendiri.
Dalam perjalanan tekhnologi ini, menjadi bom besar sekali setelah tahun 2010 2011, di mana sosial media bisa diakses, dan pengetahuan tekhnologi menjadi tsunami bagi kami yang ada di daerah.
Namun, persaingan masih kental terasa. Ada yang menjual pengetahuannya dengan harga yang mahal, pelit terhadap pengetahuan yang dimiliki dan seribu alasan yang tercipta. Karena itulah, perkembangan tekhnologi masih juga terkendala.
Sekarang ini, saya sangat berharap kita semua bisa berkolaborasi, bekerja sama untuk bisa memajukan dan mengakselerasi pengetahuan terhadap disabilitas denga lebih baik, cepat dan tepat.
Saya percaya kolaborasi adalah fase yang harus dilewati saat ini, bukan persaingan dan kompetisi.
So, mari bergabung bersama, demi indonesia emas 2045. Di tahun 2045 nanti, semoga disabilitas bukan hanya jadi objek penderita tapi juga menjadi subjek kemajuan bangsa. Saya Infi Friend dan semua, pasti bisa berjalan dan bermanfaat bagi bangsa, kok.