Share this:
Hello Infi Friends. Wah sudah lama saya tidak berbagi tulisan saya di sini. Malah seringnya menyunting tulisan Infi Friends yang posting di website tercinta ini.
Maka dari itu, sebagai pelepas rindu, saya ingin membagikan tulisan saya yang berjudul “Braille Dalam Perangkat Teknology”. Tulisan ini saya buat untuk lomba menulis esai dan masuk dalam kategori usia 18-25 tahun pada tanggal 20 November 2020. Alhamdulillah, tulisan ini berhasil duduk di kursi juara kedua. Nah seperti apa? Berikut esainya!!
Braille Dalam Perangkat Teknologi
Oleh: Rino Jefriansyah, S. S.
Huruf braille, sudah hadir sejak tahun 1827 oleh Louis Braille. Untuk pertama kalinya, tulisan tersebut menjadi komunikasi tunanetra ketika itu dalam membaca dan menulis. Tidak disadari, 193 tahun berlalu. Seiring berjalannya waktu, tentunya mengalami perubahan zaman.
Saat ini, huruf braille seakan sudah menjadi identitas tunanetra. Meski teknologi pembaca layar membantu tunanetra dalam mengoperasikan perangkat teknologi, tapi jika tidak pernah menyentuh huruf braille, dalam menulis atau membaca, seolah-olah bukan tunanetra sejati. Itu dikarenakan, dalam masyarakat sudah terbiasa tahu tunanetra bisa braille.
Tapi nyatanya, masih banyak tunanetra yang belum dapat menggunakan huruf braille. Padahal zaman sekarang ini, huruf braille tidak sebatas tulisan yang hanya ada dalam kertas. Lalu ditulis dengan pen dan riglet sebagai alat pencetak huruf braille.
Dengan kemajuan teknologi, huruf braille semakin menyenangkan. Di perangkat komputer, kita bisa membaca menu demi menu menggunakan alat tambahan yang bernama Braille Display. Alat tersebut akan mengubah tulisan yang ada di layar, untuk menjadikannya huruf braille. Huruf tersebut dapat diraba melalui layar monitor yang terdapat pada alatnya.
Untuk dapat menggunakan Braille Display, perangkat keras itu dihubungkan ke CPU (Central Processing Unit ) untuk menerima data. Apabila berhasil terhubung, nampak berjejer satu baris karakter braille yang bervariasi dari 18 karakter sampai 80 karakter. Namun sayangnya, alat tersebut sangat mahal; sehingga mayoritas yang memiliki Braille Display hanya lembaga atau organisasi yang memang fokus pada tunanetra.
Ada juga sebuah aplikasi yang dapat dipasang di komputer. Aplikasi ini bernama Braille Font, yang kinerjanya mengubah teks yang ditulis di Microsoft Word, menjadi huruf braille. Apabila biasanya kita mengetik dengan tampilan huruf latin, maka di layar komputer akan nampak huruf yang berupa braille. Dalam kata lain, fungsi aplikasi ini sangat berguna jika kita tidak mau tulisan kita dibaca orang.
Tidak cuma komputer saja yang mengalami kemajuan teknologi untuk braille. Di perangkat telepon pintar pun ada. Khususnya membantu dalam menulis cepat. Teknologi tersebut hadir dalam instalasi perangkat lunak dan aplikasi, sehingga gunanya menggantikan keyboard virtual bawaan.
Di iPhone, hadir dengan nama Braille Screen Input atau terjemahannya Input Layar Braille. Braille Screen Input ini sudah menjadi perangkat lunak bawaan iPhone. Oleh sebab itu, tunanetra yang menggunakan iPhone tidak perlu lagi mengunggah aplikasi tambahan.
Fitur yang telah hadir di iOS 8 sekitar tahun 2014 ini, membuka harapan tunanetra dalam akses aksesibilitasnya. Keyboard virtual braille pertama di dunia ini mampu menghadirkan nuansa bagi penggunanya agar bisa menulis dengan tiga kali lebih cepat daripada menggunakan keyboard virtual biasa. Apalagi Braille Screen Input ini dilengkapi dengan tusing (tulisan singkat) braille sehingga makin memanjakan penggunanya. Selain itu juga, tusingnya hadir dalam bahasa Indonesia. Juga, sama seperti ketika tunanetra menulis braille di kertas.
Braille Screen Input dapat diaktifkan di pengaturan rotor. untuk mengaksesnya melalui gerakan rotor. Gerakan yang berbentuk searah/berlawanan jarum jam ini apabila Voice Over mengatakan Input Layar Braille, maka tampilan layar nampak lubang-lubang enam titik. Orientasinya juga berubah menjadi lanscape atau posisi hp menyamping seperti tv. Kemudian punggung hp mengarah ke diri kita.
Cara menulisnya, kedua tangan dengan jari telunjuk, tengah, dan manis, berdiri tegak secara vertikal di layar hp yang menghadap ke depan. Titik satu menggunakan telunjuk kiri, titik dua menggunakan tengah kiri, titik tiga menggunakan manis kiri, titik empat menggunakan telunjuk kanan, titik lima menggunakan tengah kanan, dan titik enam menggunakan manis kanan. Untuk merangkai hurufnya, tinggal menyentuh layar dengan satu jari atau dengan kombinasi. Huruf a dapat ditulis menggunakan telunjuk kiri, sedangkan huruf lainnya harus menggunakan kombinasi. Seperti huruf b yang disentuh layarnya dengan dua jari telunjuk kiri dan tengah kiri secara bersamaan.
Sedangkan saingannya, Android, hadir dalam aplikasi tambahan. Pertama kali keyboard virtual braille Android hadir di aplikasi Soft Braille Keyboard. Aplikasi ini dikembangkan oleh Dalton, pengembang dari Australia. Namun sayangnya, Soft Braille Keyboard ini sudah tidak ada lagi di Play Store karena kurangnya minat donasi tunanetra. Oleh karenanya, Dalton enggan meneruskan kembangannya. Versi terakhir aplikasi ini pada versi 3.0-2.
Meskipun demikian, Soft Braille Keyboard masih bisa digunakan sampai sekarang. Cara menulisnya hampir sama dengan Braille Screen Input. Namun bedanya, Soft Braille Keyboard tidak memiliki tusing. Walaupun begitu, Soft Braille Keyboard ini memiliki kelebihan seperti copas langsung saat di kolom teks dengan aplikasinya, membuat tampilan layar menjadi gelap saat ingin menulis, dan masih banyak lagi fitur-fitur menarik.
Tidak mau kalah dengan iPhone, Android bersama Talkback-nya, juga membuat keyboard virtual braille. Fitur tambahan di Talkback ini hadir pada tahun 2020. Menjawab kerisauan pengguna Talkback yang ingin agar Talkback memiliki keyboard virtual braille sendiri. Selain itu juga, menjawab supaya tunanetra tidak selalu menangguhkan atau mematikan Talkback saat menulis. Sebab Soft Braille Keyboard, untuk dapat digunakan, tunanetra terlebih dahulu harus menangguhkan atau mematikan Talkback. Hal ini sangat bahaya karena jika sering dilakukan demikian, kedepannya bisa saja tombol pengeras suara dan tombol daya bisa rusak.
Seperti keyboard virtual braille, cara penulisannya sama. Bedanya, keyboard braille Talkback memiliki tusing. Namun disayangkan, bahasanya baru tersedia dalam bahasa Inggris. Dampaknya, tusing yang digunakan mesti tusing internasional. Walaupun demikian, setidaknya dapat meringankan proses menulis.
Cara aktifkannya, berada di pengaturan manajemen umum, bahasa dan input. Buka pengaturan tersebut dan pilih bahasa dan input. Di dalam pengaturannya, pilih keyboard pada layar. Lalu buka lagi pengaturan kelola keyboard. Di sana, cari dan aktifkan keyboard braille Talkback. Setelah berhasil diaktifkan, jadikanlah keyboard braille Talkback sebagai keyboard utama.
Kemajuan teknologi sudah mengubah huruf braille semakin baik. Selain itu juga, braille tidak akan terlupakan. Semoga tulisan ini memberikan wawasan yang berguna. Terima kasih.
Mas Rino, untuk keyboard di TalkBack, kita bisa mencobanya di android versi berapa ya?