Guruku Indonesiaku

Halo Infi Friend. Ini adalah cerpen karangan saya yang diadakan oleh Kemendikbut dalam event AKPDBK pada tahun 2021. Tema yang diberikan adalah Keberagaman Indonesia. Alhamdulillah cerpen ini menjadi juara satu Nasional. Selamat membaca. 😊

 

Guruku Indonesiaku

Oleh: Devi Sri Utami

 

Aku adalah dokter lulusan terbaik dari sebuah universitas di kota Edinburgh, Skotlandia. Dengan nilai sempurna, Summa Cumlaude  4.00. Aku berasal dari Surabaya. Sejak kecil, aku sudah diasuh oleh paman yang tinggal di luar negeri. Orangtuaku masih ada, namun karena dulu ayahku ASN, hanya setahun sekali saat hari raya mereka ke sini. Masalah ekonomi terbatas tapi keinginan kuat ayahku agar aku menjadi orang, membuat aku berada di sini.

Pamanku seorang pengusaha sukses se-Inggris Raya. Dengan senang hati ia membantu ekonomi kami dan mengasuhku hingga sekarang. Sudah dua puluh empat tahun aku tidak pulang ke Surabaya. Hingga aku putuskan selepas kelulusan, aku pesan tiket pesawat untuk merayakan kelulusanku di kota kelahiranku.

Diberi gelar sebagai kota Pahlawan, Surabaya namanya. Tempat aku dilahirkan tapi tidak dibesarkan. Bagiku sangat asing melihat lingkungan sekitar bandara ini. Bertumpuk-tumpuk ketidak disiplinnya orang dalam mengantre, sampah yang berantakan dari tempatnya, dan banyak hal negatif yang tidak aku jumpai di UK yang begitu tertib. Namun aku cukup terhibur dengan artistik bangunan yang begitu tradisional tapi megah.

“Rama!” Tiba-tiba seseorang berteriak dengan kuat memanggil namaku.

“Ayah!” Aku berlari dalam rombongan keluarga yang sudah aku rindukan. Ayah, ibu, Jessica adik pertamaku, dan sekecil bungsu Tom menyambut kedatanganku.

Mobil Inova putih melaju meninggalkan bandara itu. Wajah-wajah bahagia menjadi lukisan terindah sepanjang perjalanan. Namun akhirnya satu titik permasalahan membuka sidang penentuan kehidupanku.

Baca Juga:  Catatan Akbar: Dua Permata Dalam Perbedaan

Ayahku membuka pertanyaan tentang masa depanku. Ia memintaku agar aku menjadi ASN. Tapi aku tidak mau, sebab untuk apa aku kuliah jauh-jauh dan mendapat gelar lulusan terbaik. Jika pada akhirnya harus menjadi AsN.

Ayahku begitu marah dan menggobrak dashboard mobil. Si kecil Tom yang sedang tidur, terbangun dan menangis ketakutan. Ibuku yang berada di sampingku meyakinkan aku lebih dalam. Bertujuan, apabila aku tua nanti, aku tetap mendapat penghasilan dari pensiun. Seperti ayahku sekarang. Tapi aku tetap tidak mau, sehingga keributan terus berlanjut. Sampai-sampai supir mobil yang membawa kami ke sebuah restoran jadi tidak fokus dan nyaris menabrak palang pintu kereta.

Lama-lama aku tidak bisa membantah argumen kedua orangtuaku. Meski aku tidak terima, tapi aku tidak tega dengan permintaan mereka. Apalagi aku sadar kalau ayahku sudah tua dan ingin melihat anaknya sukses dari permintaannya.

Aku mencoba mendaftar di situs pendaftaran online calon ASN. Aku mengikuti segala ketentuan yang diperlukan. Aku tidak berharap untuk lolos. Aku hanya melakukan apa yang diminta kedua orangtuaku.

Beberapa minggu setelah ujian, aku mendapat kabar yang mengejutkan. Aku tidak lolos ASN. Sebenarnya dari segi nilai, aku sangat sempurna. Tapi karena aku lulusan luar negeri menghambat kelulusanku.

Aku memberitahu hal ini ke ayah. Dia begitu marah mendapat kabar tersebut. Ayahku sampai menamparku keras sekali. Ibuku yang melihat peristiwa itu berusaha melerai perkelahian.

“Masa lulus ASN aja gak bisa! Anak macam apa kamu,” teriak ayahku.

“Ayah. Kan sudah lihat aku nilainya tinggi. Tapi karena keinginan ayah agar aku belajar di luar negeri dan gak diterima. Kalau sejak kecil aku di sini, mungkin aku bisa lulus ASN seperti apa yang ayah mau. Tapi apa, aku belajar jauh-jauh tapi negara tak menerima,” ucapku lebih keras dan menyadarkannya.

Baca Juga:  Puisi Suara Hati Anak Negeri By Devi Sri Utami

Aku sangat menyesal untuk pulang ke Indonesia. Aku orang Indonesia, tapi tidak dihargai di negeri sendiri gara-gara lulusan luar negeri. Aku sangat iri dengan beberapa negara luar yang menerima negara lain untuk menjadi pegawai negeri sipilnya. Bahkan mereka sampai mencari orang terbaik yang bisa dijadikan warga negaranya.

Akhirnya ayahku terjun langsung ke Jakarta untuk menemui pak presiden. Untunglah, ayahku dan pak presiden merupakan teman sejak kecil.

Pak presiden sangat terkejut mendapat kabar demikian. Dia begitu kesal dengan bawahannya yang telah menggagalkanku. Ia jusru ingin ada orang lulusan terbaik luar negeri menjadi ASN. Bisa memberikan motivasi dan kontribusi besar untuk negara.

Setelah beberapa hari, aku mendapat kabar menyenangkan. Aku berhasil menjadi ASN dan ditugaskan di sebuah desa di Jawa Timur.

Sekitar lima jam menempuh perjalanan darat, aku tiba di sebuah desa. Sepanjang perjalanan aku merasa tidak nyaman karena jalan yang sangat rusak. Membuat kepalaku berkali-kali terbentur jendela mobil. Setiba di desa, Bau amis menari-nari di hidungku. Aku melihat banyaknya ikan asin yang dijemur.

Seekor kucing nampak kesal karena gagal meraih ikan asin. Seekor anjing, menggonggong seolah-olah mengejek tingkah kucing. Burung beo yang berada di kandang rumah orang terus bersorak membuat si kucing semakin panas. Aku tertawa terbahak-bahak, baru kali ini menyaksikan hal unik.

Sepanjang jalan aku melihat banyak orang yang saling gotong-royong. Membersihkan parit, menyapu jalan, dan membersihkan sampah. Bahkan anak-anak dilibatkan juga dalam urusan tersebut. Tak pernah aku menyaksikan di UK. Biasanya dalam hal bersih-bersih, ada petugas khusus yang melakukannya. Tapi kali ini di mata kepalaku sendiri, penduduk desalah yang bertindak.

Baca Juga:  Step by Step Panduan OCR Online dan Gratis dengan File Converter Agar Screen Reader Dapat Mengakses PDF Gambar di Android

Tiba-tiba aku melihat tukang bakso berhenti dekatku. Anak-anak yang tadi membantu orangtuanya, berlari menghampiri si tukang bakso. Dengan sigap, tukang bakso menyiapkan dagangannya. Aku pun jadi ingin makan bakso.

Dagingnya sangat empuk, bumbu rempah-rempah yang tercampur dalam kuah bakso sukses membuat lidahku menari gembira. Cacing perut yang tadi sempat berdemo, akhirnya terdiam tidur. Lalu tiba-tiba seorang ibu tua sambil membawa dagangan minuman datang dan memberikan aku sebuah teh. Aku bingung dengan tampilan minuman yang diberikan.

“Le. Yaiku teh tarik. gratis kanggo sampeyan,” kata si ibu dan kemudian pergi sambil membagi-bagi teh tarik ke penduduk lain.

“Le. Bakso gratis. ora usah mbayar,” kata tukang bakso yang tiba-tiba mengejutkanku dari pandangan si ibu tukang teh tarik.

Aku heran terhadap pedagang di sini. Menggratiskan dagangannya apakah untuk persaingan bisnis? Lekas aku menemui pak kepala desa yang sepanjang perjalanan ikut menemaniku di mobil. Kami sempat berpisah setelah tiba di desa.

“Pak, kenapa pedagang makanan di sini memberikan gratis?”

“oh le. Setiap Jumat, pedagang di sini melakukan kegiatan amal., menggratiskan dagangan. Bagi mereka hari Jumat adalah keberkahan. Berharap apa yang kami lakukan di hari ini, mendapat keberkahan dari Allah. Tidak pedagang saja, lihat orang-orang yang gotong-royong. Selain mengajarkan sosial ke anak mereka, orangtua di sini mengajarkan agar mengejar berkah jumat.”

Aku yang bukan beragama Islam merasa takjub. Tingkat sosial dan religius di desa ini mengajarkan arti hidup yang tidak pernah aku dapatkan selama di UK. Segalanya uang dan tidak memikirkan kepentingan ibadah. Terima kasih Indonesiaku, engkau guru terbaikku.

 

Viona Devi
Author: Viona Devi

Satu pemikiran pada “Guruku Indonesiaku”

Tinggalkan Balasan

error: Konten terlindungi !!