Share this:
- Plong;
- Suket Teki;
- Pamer Bojo;
- Cidra;
- Sisanya lagu-lagu religi.
Selain lagu-lagu yang saya sebutkan di atas, ada juga lagu-lagu yang populer diubah bahasanya menjadi Bahasa Jawa! Apa saja? Berikut daftar lagu-lagunya:
- Kuch Kuch Hotahe = Tepung Pisanan
- Ada Apa Denganmu = Ana Apa Awakmu
- Munajat Cinta (Lirik Bahasa Jawa)
- Kucing Garong = Kucing Gering
- Ketahuan = Kowe Konangan
- Duda (Lagu Dangdut Qoshidah lirik Bahasa Jawa)
- Love Somebody = Lasinem Kowe Telat
Inti Cerita
Sejak tahun 90-an, (sejak masih kecil), saya sering mendengarkan radio. Di saat itu radionya dengan frekuensi AM, dan radio FM belum banyak tidak seperti sekarang. Di stasiun radio-radio tertentu, ada acara yang memutar lagu almarhum selama sejam full. Ada juga yang sampai dua (2) jam tergantung dari program stasiun radio itu sendiri. Di situlah saya mendengarkan semua karya beliau komplit dari Sewu Kutha sampai Ambyar. Apabila diceritakan dengan rinci, panjang sekali dan menghabiskan halaman demi halaman di situs ini.
Sebagai seorang difabel netra, mendengar adalah bagian dari hidup dalam keseharian. Meski alat penglihatan ini tidak berfungsi, namun Tuhan (Allah Ta’ala) masih memberikan kurnia-Nya berupa pendengaran. Apa saja yang di dengar? Banyak sekali! Salah satunya lagu karya beliau yang diputar setiap hari di berbagai stasiun radio di Indonesia, bahkan manca negara seperti Suriname dan negara-negara lainnya.
Maka tak heran, beliau dikenal oleh semua kalangan dari Uwong Cilik sampai Kaum Elit. Seni yang beliau geluti selama hidupnya telah menyatukan masyarakat termasuk kaum difabel. Jika mendengar kata ambyar misalnya, pasti semua orang menjawab Om Didi Kempot. Kaum milenial pun tak ketinggalan. Buktinya, mereka juga suka dengan lagu-lagu beliau. Bahkan, ada juga yang meng-cover lagu beliau seperti Tatu, Pamer Bojo, dan Banyu Langit.
Apakah kaum difabel tidak ikut serta dalam menyumbangkan suaranya dalam rangka melantunkan lagu karya beliau? Jelas ada yang ikut serta. Salah satu sobat kita bernama Dimas Arda, yaitu seorang difabel netra yang usianya masih kecil asal Sragen yang melantunkan beberapa lagu beliau. Sampai-sampai, Dimas Arda ini diajak masuk dapur rekaman.
Bagi saya , ini sungguh membuat saya terharu sebagai sesama kaum difabel yang mendengar suaranya Dimas Arda yang menyentuh hati. Salah satu lagu yang membuat saya mau menangis adalah lagu yang berjudul Ibu. Masya Allah! Liriknya, penghayatannya, dan musiknya mendukung kondisi hati yang merindukan sang ibu. Lagu yang lain di antaranya adalah Tatu, Ora Bisa Mulih, dll.
Tak hanya orang Indonesia saja yang menyanyikan lagu-lagu karya beliau, ada juga orang manca negara juga bisa menyanyikan dengan fasih dan terdengar jelas. Salah satunya lagu Banyu Langit yang versi acoustic. Yang menyanyikan lagu tersebut orang manca asal Amerika Serikat. Saya lupa namanya, yang jelas suaranya bagus. Terus saat konser, semua orang berdatangan dari muda, tua, anak-anak, dewasa, laki-laki, perempuan, miskin, kaya, berkumpul dalam satu tempat untuk menonton konser dan bersama-sama bernyanyi juga berjoget Cendhol Dhawet di acara itu.